Malam menunjukan jam 10 malam, langit cerah dengan bulan purnama menggantung di langit.
Tampak seorang wanita muda turun dari angkutan umum dan berjalan menuju tempat tinggalnya.
Suasana sepi menyelimuti lorong yang harus dilewatinya.
Wanita itu mulai merasakan keanehan, sepertinya ada sosok yang mengikutinya dari belakang.
Namun ketika dia menoleh, tak terlihat siapapun dibelakang.
Ia mulai cemas takut ada orang yang bermaksud jahat kepadanya.
Wanita itu mempercepat langkahnya dan ingin segera melewati lorong panjang.
Wanita itu kaget tatkala melihat sekelebat bayangan hitam yang melintas di depannya.
Bulu kuduknya terasa merinding. Keringat dingin mulai keluar dari keningnya,
"Siapa kamu?", ia mencoba memastikan apa yang dilihatnya namun tak ada jawaban.
Si wanita muda mulai berlari ketakutan hingga sampai di ujung lorong bayangan hitam misterius kembali muncul dan segera menghampirinya.
Wanita itu
meminta tolong, akan tetapi tak ada seorangpun yang mendengarkan.
Makhluk itu, segera membungkam mulut wanita dengan tangannya.
Sepintas si wanita sempat melihat wajah makhluk yang mendekapnya.
Tampak ia memiliki mata merah mengerikan.
Si wanita tak kuasa mengelak tatkala makhluk itu menyeringai menunjukan gigi taringnya.
Dengan gigitan yang diarahkan di lehernya, makhluk buas ini menghisap darahnya.
Sang wanita tampak meronta kesakitan hingga akhirnya menemui ajalnya.
Ketika selesai meminum darah, makhluk buas (beast) bernama Draculus melesat pergi meninggalkan jasad wanita malang tersebut.
Draculus Beast
Hari berikutnya, Malam minggu adalah saatnya untuk menghabiskan waktu untuk jalan-jalan. Regina membaca sebuah brosur yang ditempel tak jauh dari sekolah bertuliskan.
"UJI KEBERANIAN ANDA, SAKSIKAN ATRAKSI SULAP & AKSI HORROR WAHANA RUMAH HANTU DI CENTRAL PARK, Sabtu mulai pukul 19.00 WIB"
Regina tertarik untuk menyaksikan, dia segera mengajak Tomi dan Budi untuk ikut. Apalagi saat ini Pak Budi tengah menjajaki masa PDKT dengan bu Nouva. Dengan alasan inilah Budi memanfaatkan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cintanya. Setelah selesai mengajar Budi menemui Bu Nouva yang berada di perpustakaan sekolah. Ia menyatakan maksudnya untuk mengajak jalan-jalan.
"Mmmmm, Sebenarnya aku harus mengerjakan tugas untuk Tesisku. Tapi okelah jam berapa kita berangkat?" tanya Nouva.
"Jam setengah tujuh tepat, aku jemput dandan yang cantik yah" Budi menggoda.
"Dasar,.. Emang aku kurang cantik yah?" candaan Nouva mencairkan suasana.
Dari salah satu sudut ruangan perpustakaan Tomi dan Regina mengamati tingkah gurunya itu dengan tertawa.
Jam setengah tujuh tepat, Budi menjemput Nouva di rumahnya. Nouva terlihat anggun dengan memakai Dress berwarna biru, Rambut panjangnya yang terurai sebahu berwarna hitam semakin membuatnya terlihat cantik.
Setelah berpamitan kepada orang tua Nouva. Budi bergegas berangkat ke lokasi pertunjukan.
Sesampainya disana, mereka segera bergabung dengan Tomi dan Regina. Sebelum menikmati pertunjukan sulap, mereka memutuskan untuk mengunjungi wahana rumah hantu terlebih dulu, Setelah membeli tiket mereka berempat mulai menelusuri ruangan demi ruangan.
Tomi dan regina, bersemangat sekali seolah mereka tak merasa takut dengan sosok hantu yang datang mengejutkan mereka. Sementara Nouva yang tak terbiasa berkunjung ke wahana seperti itu berulang kali berlindung dibalik tubuh Budi. Sesekali dia menutupi wajahnya karena tak berani melihat hantu-hantu penunggu ruangan.
Puas berkunjung ke wahana rumah hantu, mereka hendak menyaksikan atraksi sulap yang akan dilaksanakan tepat jam setengah sembilan malam.
"Aduuh, laper nih" Regina terlihat memegangi perutnya.
"Iya capek juga yah habis dari rumah hantu" Tomi merasakan hal yang sama.
"Ya sudah kalian beli makanan dulu, lagian masih ada waktu lima belas menit sebelum pertunjukan" jawab bu Nouva.
"Oke deh, tunggu kita disini yah" mereka berdua pergi membeli Snack meninggalkan Budi dan Nouva berdua.
Budi merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan cinta.
"Semenjak kita bertemu, jujur saja,. Aku sebenarnya suka dengan kamu."
"Budi, terimakasih., tapi satu hal yang harus kamu ketahui"
Sahut Nouva
memotong pembicaraan Budi.
"Dulu, hatiku pernah terluka oleh seseorang, aku merasa terpukul dan lama aku tidak menjalin hubungan dekat dengan laki-laki"
"Sejak itu, aku lebih serius mengejar pendidikan dan karierku hingga seperti sekarang ini, Sejujurnya aku masih takut denganmu, aku tak ingin luka hatiku terulang kembali"
"Apapun kisah kita dimasa lalu, waktu tak akan pernah terulang. Biarkan itu menjadi kenangan kita. Dan sekarang, beri aku kesempatan untuk mengisi hatimu."
Budi menatap Nouva dengan pandangan penuh kasih sayang.
"Apakah kau mau menerima cintaku?"
Nouva tertegun, dalam hatinya dia juga merasakan hal yang sama. Budi adalah sosok pribadi yang menarik, walau terkadang menyebalkan namun dia sanggup memahami perasaannya.
"Iya" jawab Nouva lirih dengan senyuman manis terpancar di wajahnya.
"TADAAA!!! Makanan Sudah siaap" Kedatangan Regina dan Tomi mengejutkan mereka berdua. Nouva dan Budi menjadi salah tingkah.
"Ciee Cieee, Selamat yah pak guru dan bu guru" Tomi menggoda mereka berdua.
"Sudah, sudah ayo kita ke tempat pertunjukan. Sudah mau dimulai nih.." Budi mengalihkan pembicaraan. Ia masih merasa malu dan sedikit kesal karena dikagetkan oleh mereka berdua, tetapi syukurlah yang penting Nouva mau menjalin hubungan dengannya. Mereka berempat akhirnya masuk ke aula pertunjukan sulap.
Penonton sudah memadati area pertunjukan.
Budi dan kawan-kawan mendapatkan bangku deretan tengah.
Pertunjukan dimulai. Lampu panggung dimatikan dan sosok pria kurus berkacamata dengan rambut panjang terikat keluar dari salah satu sudut ruangan. Pria dengan setelan jas panjang putih itu berjalan menuju panggung. Bunga mawar yang dibawanya sempat diberikan kepada beberapa penonton, termasuk Regina.
"Selamat malam Hadirin, Saya Draculus master ilusi akan melakukan aksi ilusi yang mampu membuat anda terpesona" Sambut pria itu memperkenalkan diri.
Sontak kembang api menyala di beberapa sudut panggung diiringi sambutan meriah dari penonton. Pertunjukan pun dimulai, Entah kenapa diantara semua pengunjung Budi merasa tidak tenang. Dia merasakan ada aura Beast yang terpancar kuat dalam ruang pertunjukan itu, Karena tidak ingin menimbulkan kepanikan dia berusaha menikmati aksi sulap Draculus sambil tetap berjaga-jaga dari bahaya.
Hingga atraksi usai Budi belum melihat kemunculan Beast, Jam sudah menunjukan pukul 10 malam dan mereka bergegas pulang.
Setelah mengantarkan Nouva pulang, Budi bersama Tomi dan Regina berjalan bersama. Ketika Memasuki jalanan sepi mereka dikejutkan oleh Sekelebatan Bayangan yang melesat cepat.
Lighting Changer Budi bersinar.
"Apa itu tadi?" Tomi yang membonceng Regina terkejur bukan kepalang.
Budi memerintahkan kedua muridnya untuk berhati-hati.
Dari sosok yang tak terduga, Beast Draculus tiba-tiba muncul dan menyerang mereka.
Budi menepis serangan Draculus dan berubah menjadi Cakra.
Sementara Tomi melawan beast anak buah Draculus sambil membawa Regina pergi menyelamatkan diri. Namun sayang dari salah satu sudut Beast berhasil memukul Tomi hingga pingsan. Regina berusaha menyadarkan tomi namun beberapa Beast menganggunya.
Setelah bertarung dengan Cakra, Draculus melakukan Trick Ilusion dengan menggandakan diri. Cakra disibukan dengan pertarungan melawan kembaran Draculus. Sedangkan Draculus yang asli melesat ke arah Regina.
Draculus segera menarik tubuh Regina dan menunjukan taring-taring panjangnya yang mengerikan. Dengan Satu Gigitan Regina menjerit kesakitan.
"TIDAAAAAK !!!" Cakra segera melesatkan Lighting Slash ke arah kembaran Draculus dan bergegas menghampiri regina yang lunglai lemas.
"HAHAHAHAHAHA, Ingat Cakra jika kau tak bisa mengalahkan aku hingga esok malam maka nyawa anak itu tak akan tertolong" Draculus terbang tinggi meninggalkan mereka.
Cakra menghampiri Regina dan tomi yang tersadar dari pingsannya masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Reginaaa, Reginaaa!!"
"Bangun Reginaa", Cakra menggangkat tubuh Regina dan berusaha menyadarkannya.
Tubuh regina langsung pucat setelah darahnya dihisap draculus. Kondisinya kritis, Apakah yang akan mereka lakukan untuk menyelamatkan Regina.
To be Continued.................
