Hari ini, saya akan membahas apa itu yang namanya Tokusatsu.
Istilah
tokusatsu mungkin kurang dikenal.
Berbeda dengan anime.
Secara
harfiah, tokusatsu sendiri berarti film dengan spesial efek. Tapi tidak semua
film dengan spesial efek bisa masuk dalam kategori tokusatsu. Kalo kalian lihat
di Indosiar ada sinetron Damarwulan, Si Buta Dari Lembah Hantu, atau Pangeran
Kian Santang di MNCTV… itu bukan tokusatsu. Itu sinetron murahan. Huahahaha.
Tokusatsu
sendiri saat ini lebih dikenal dengan film seperti Kamen Rider, Super Sentai,
Metal Heroes, Ultraman dan Kaiju. Ya itu major genre dalam tokusatsu sih. Jadi
tidak heran jika ada orang yang ditanya apa itu tokusatsu, maka akan langsung
dijawab dengan: Kamen Rider!
Tapi awalnya film tokusatsu sendiri tidak bertema hero, malah anti-hero. Film
tokusatsu awal adalah Godzilla (1954) yg dibuat oleh Toho. Meski digadang
sebagai movie tokusatsu pertama, tapi Godzilla dibuat karena terinspirasi oleh
film King Kong buatan Hollywood. Terlebih di masa itu Jepang yg belum genap 10
tahun peristiwa Hiroshima-Nagasaki, isu mutasi akibat radiasi nuklir sangat
tinggi. Jadilah Toho membuat Godzilla, monster yang konon adalah salah satu
akibat dari radiasi nuklir.
Spesial
efek dalam Godzilla ini adalah shooting dilakukan di studio dengan miniatur
pulau atau kota yg menjadi setting lokasi dan ada suit actor, atau aktor yg
mengenakan kostum karet, yg berperan sebagai Godzilla. Spesial efek seperti
ledakan dan sinar laser yg disuguhkan sih termasuk yg paling canggih pada
jamannya.
Tahun
1957, Shintoho membuat beberapa episode film pendek berjudul Kotetsu no Kyojin.
Tokusatsu superhero pertama yang pernah ada. Tahun berikutnya kembali Shintoho
membuat Gekko Kamen yg bertema sama, namun kali ini dalam format serial
televisi. Keduanya merupakan titik balik di mana tokusatsu dengan tema
superhero ternyata lebih disukai.
Eiji
Tsuburaya yang menangani spesial efek pada Godzilla, pada tahun 1963 mendirikan
studio Tsuburaya Productions, sementara dia juga tetap aktif di Toho Studio,
hingga akhirnya pada 1966 Tsuburaya membuat sebuah serial TV berjudul Ultra Q.
Serial ini mengisahkan penyelidikan terhadap aktivitas makhluk ekstra
terestrial yg berwujud monster raksasa seperti halnya Godzilla. Lebih mirip
seperti The X-Files jaman jadul lah. Bahkan saat itu Eiji Tsuburaya bebas
memanfaatkan kostum properti dari Toho dan memodifikasinya untuk membuat
monster baru untuk digunakan dalam Ultra Q.
Baik
Godzilla maupun Ultra Q, keduanya merupakan genre tokusatsu yang masuk dalam kategori
Kaiju (monster raksasa). Kaiju sendiri sekaligus merupakan genre tokusatsu yang
bertema anti-hero. Hingga setelah Ultra Q selesai ditayangkan sebanyak 28
episode, seminggu kemudian Ultra Q diganti dengan tayangan baru berjudul
Ultraman.
Selain
Ultraman, ada juga serial tokusatsu berjudul Ambassador Magma yg merupakan
versi live action dari manga dengan judul yg sama buatan Osamu Tezuka (mangaka
yg sama yg membuat Astro Boy, Black Jack, Kimba The White Lion, dll). Baik
Ultraman maupun Ambassador Magma ini merupakan tokusatsu dengan genre Kyodai
Hero, atau tokusatsu dengan karakter berukuran manusia normal yg dapat berubah
menjadi ukuran raksasa.
Semenjak
era inilah ditengarai bahwa tokusatsu yang lebih digemari adalah yg bertema
superhero dan karakter utamanya memiliki kekuatan untuk berubah menjadi sosok
yg lebih super dan menggunakan kekuatannya untuk melindungi umat manusia.
*cieeeh bahasanya*
Selain Osamu Tezuka, seorang mangaka lain yg bernama Shotari Ishinomori juga
memiliki sebuah manga yang kemudian diangkat menjadi serial tokusatsu. Judulnya
adalah Kamen Rider yg diproduksi oleh TOEI Production. Kamen Rider pertama
ditayangkan tahun 1971 dan total memiliki 98 episode.
Ishinomori
merupakan salah satu orang penting di dunia tokusatsu, karena selain dia
pencipta Kamen Rider, Ishinomori juga yg mempopulerkan super hero dengan genre
Super Sentai.
Super Sentai secara harfiah berarti pasukan tempur super, dengan Himitsu Sentai
Goranger sebagai serial super sentai yg pertama ditayangkan. Jika kalian mengenal
Power Rangers, itu adalah versi adaptasi Amerika dari serial super sentai.
Cirinya adalah jagoan utama terdiri dari sekelompok pemuda berjumlah lima orang
(bisa lebih, bisa kurang pada super sentai tertentu), bisa berubah menjadi
super hero dengan kostum warna-warni, dan sejak Battle Fever J, super sentai
memiliki robot raksasa untuk menghadapi monster yg sudah dikalahkan sebelumnya,
yg kemudian berubah menjadi raksasa.
Selain
Kamen Rider dan Super Sentai, Ishinomori memiliki beberapa judul tokusatsu lain
yg dikenal sebagai genre Other Heroes, di antaranya adalah Henshin Ninja
Arashi, Android Kikaider, Inazuman, dll (lupa, jaman masih kecil sih). Bahkan,
Spider-man punya Marvel pun pernah dibuat versi tokusatsunya oleh TOEI
Production.
Ada juga genre Metal Heroes, seperti Uchuu Keiji Trilogy, Kido Keiji Jiban,
Blue SWAT, Tokkei Winspector, B-Robo Kabutack, dll.
Saat
ini tokusatsu telah memiliki peralihan makna sebagai genre film super hero
produksi Jepang. Ciri-ciri utamanya adalah, ada suit actor (baik itu tema hero
atau anti-hero), ada spesial efek, dan karakternya benar-benar iconic Jepang.
Terus, kalo Bima Satria Garuda termasuk tokusatsu atau
bukan? Dengan berat hati saya harus jawab: YA. Karena dibuat oleh tim Ishimori
Pro. Kenapa saya bilang berat? Karena masih banyak flaw di sana-sini. Tapi
perlu diapresiasi juga sih tokusatsu Indonesia ini.
Semoga kalian tidak bingung lagi mengartikan tokusatsu.