='body-fauxcolumns'>

Tuesday 20 January 2015

Cakra Satria Cahaya - Episode 22

Oleh Andrie Firmansyah pada 23 Desember 2013 pukul 21:45

Proses pengerjaan Pilar kegelapan sudah mencapai tahap akhir, Zarathos memandang puas hasil kerja Zarc dan para prajurit beast lainnya. Apalagi bersama Betrix disisinya Zarathos semakin percaya diri akan kekuatannya.

“Ketika pilar ini selesai aku akan menggunakannya untuk membangun Vanadis di bumi, Saat itu para manusia akan menjadi budak kita dan yang membangkan akan kita singkirkan” Zarathos berkata lantang dan disambut dengan teriakan penuh semangat dari para prajurit Beast.

“HIDUP YANG MULIA!!!” semua Beast meneriakkan pujian kepada raja mereka, termasuk Zarc dan Betrix.

“CUKUP!!” suara lantang muncul menghentikan teriakan itu. Suasana mendadak menjadi hening, Zarathos mencari asal suara itu. Rupanya Azul yang menghentikan teriakan mereka.

“Selama ini kau dipuja layaknya seorang raja, namun apa kenyataannya kau hanya roh tanpa wujud yang bersarang dalam tubuh manusia” Jari telunjuk Azul mengarah ke singgasana Zarathos.

“Azul, sadarkah apa yang kau lakukan?” Betrix menyuruh Azul untuk menarik segala ucapannya.

“Aku sadar dengan yang kulakukan Betrix, Aku menyesal membangkitkannya. Kenapa aku harus patuh pada manusia macam dia” Tingkah Azul terlihat semakin menyebalkan.

“Azul, kau berani menentang rajamu. Dia adalah pemimpin kita” Zarc tak kalah memberikan pengertian kepada Azul.

“Tidak master, aku sudah muak dengan semua ini, Sebagai Beast harga diriku hancur bila terus menerus patuh pada manusia bernama Leo Anggara ini”

Zarathos yang sudah tak tahan dengan tingkah Azul segera bangkit dari singgasananya. “Baiklah jika kau tak mau tunduk padaku, lantas apa maumu?”

“Huh, aku ingin kita bertarung disini, akan kita buktikan siapa yang lebih pantas menjadi Raja” Azul dengan lantang menantang Zarathos.

“Sudah merasa kuatkah dirimu? Baiklah aku menerima tantanganmu”

Zarathos memerintahkan anak buahnya untuk minggir dan memberikan ruang bagi mereka untuk bertarung. Azul segera mengubah wujudnya menjadi beast dan menyerang Zarathos, tak perlu buang tenaga bagi Zarathos untuk menahan serangan Azul. Dengan kemampuan telepatinya dia mencekik leher Azul dan segera menghempaskannya ke lantai. Azul tak mau kalah, dia segera bangkit dan melepaskan tembakan bola energy.

Zarathos mengeluarkan perisai energy yang melindungi tubuhnya dari serangan bola energy. Dengan satu sentakan Zarathos mengembalikan kembali bola energy tersebut dan tepat menghantam wajah Azul.

“AAARGH” Azul mengerang kesakitan karena wajahnya terluka oleh serangannya sendiri. Melihat hal itu, Zarathos segera maju dan menghantamnya dengan serangan bertubi tubi. Azul terlihat tak berdaya, tubuh besarnya terhuyung menerima serangan dari Zarathos.

Sebagai penghabisan Zarathos mengeluarkan semacam sinar hitam dari tangannya. Sinar itu segera dimasukan ke dalam jantung Azul.

“TIDAAAK, APA YANG KAU LAKUKAN!!!!” Azul tak kuasa menahan sakit saat tangan Zarathos masuk ke jantungnya,

“Kau harus menerima ini pembangkang!!” Zarathos menarik kembali tangannya.

Sontak tubuh Azul langsung roboh dan terlihat lemas. Rupanya Zarathos memasukan parasit hitam ke jantung Azul. Parasit hitam adalah jenis mikroorganisme berbahaya dari dunia Vanadis. Dengan fungsi tak ubahnya semacam bom waktu bila parasite itu berhasil menguasai bagian tubuh inangnya dia akan membakar diri dan membuat tubuh yang dihinggapinya meledak dan hancur berkeping-keping.

“Ini adalah pelajaran bagi pemberontak seperti dia” Zarathos beteriak lantang kepada seluruh pengikutnya.

“Lihat dirimu Azul, kau masih berani melawanku?”

Azul terlihat menahan sakit “Kurang ajar kau”

“Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga, Tapi aku masih memerlukan kekuatanmu”

“Begini saja, kita akan buat kesepakatan kau harus turun ke bumi. Bunuh manusia sebanyak mungkin dan aku akan memberikan penawar parasite itu” Zarathos kembali berjalan menuju singgasananya

“Anggap saja aku murah hati untuk mengampuni ketidak setiaaanmu”

“Baik Baiklah Zarathos akan kulakukan yang kau minta” Azul memelas.

“Bagus segera turun ke bumi”

Tubuh Azul perlahan menjadi Cahaya hitam dan menghilang.

Apakah Zarathos akan menepati janjinya? Ternyata semua itu hanya kebohongan belaka. Zarathos tak akan mengampuni penghianat macam Azul. Suatu saat nanti dia akan membiarkan tubuh Azul meledak sambil memporak porandakan dunia manusia.

………………………………………………………..


Di kediaman keluarga Nouva

Budi memberanikan dirinya datang ke rumah Nouva. Dengan ditemani oleh Raka, Budi bermaksud meminta maaf atas segala perbuatannya dan ingin melamar pujaan hatinya. Sebagai symbol ikatan cinta, Budi membawa sebuah cincin berlapis emas yang sudah disiapkannya. Ketika membuka pintu, betapa terkejudnya ayah dan ibu Nouva melihat Budi.  Awalnya orang tua Nouva takut karena  mereka beranggapan bahwa Budi adalah beast yang berbahaya. Tetapi Raka dapat mencairkan suasana, dia memberikan penjelasan pada orang tua Nouva tentang kondisi Budi saat ini. Setelah meyakinkan mereka akhirnya Budi diizinkan untuk bertemu Nouva. Tapi apakah Nouva mau bertemu dengan Budi?

Nouva mengurung diri di kamarnya, hatinya masih sakit karena Budi meninggalkannya waktu itu. Dengan penuh kesabaran Budi membujuk Nouva untuk keluar.  Setelah menunggu cukup lama akhirnya Nouva keluar dari kamarnya. Budi segera membungkukkan badan dan mencium tangannya yang halus. Dia mengakui segala kesalahannya dan menunjukan cincin emas yang cantik sebagai tanda lamarannya.

Entah perasaan Nouva terasa campur aduk. Antara sebal dan terkejut, Setelah menunjukan kesungguhan Budi akhirnya Nouva menerima pinangannya. Budi segera menyematkan cincin emas ke jari manis Nouva. Selanjutnya lamaran sederhana itu disambut dengan suka cita baik orang tua Nouva dan Raka.

Ditengah suasana gembira itu, tiba-tiba ponsel Raka bordering. Dia mendapatkan kabar bahwa Beast tengah membajak sebuah kereta. Tak ingin merusak acara lamaran Budi, Raka akhirnya berangkat sendiri untuk melawan Beast.

………………………………………………………..

Di salah satu sudut kota, sebuah kereta tengah melaju cepat. Diketahui masinis kereta telah tewas akibat serangan Beast. Saat ini para prajurit Beast telah menguasai lokomotif dan berencana menabrakkan kereta itu di stasiun pemberhentian terakhir. Ternyata kekacauan itu didalangi oleh Azul, Dengan bengis dia tak segan-segan menyakiti dan menyandera penumpang yang ada di dalamnya.

Untuk mengamankan jalur kereta maut, polisi sudah mengunci posisi kereta. Sebagai Bhayangkara, Raka ditugaskan untuk menghentikan laju kereta sebelum menabrak stasiun. Ini adalah saat yang tepat untuk menguji kekuatan Armor Mark III dan Motor tempur Pegasus. Dengan kecepatan Pegasus, Bhayangkara berusaha mengejar kereta maut. Demi menempuh jalur terdekat Pegasus melaju menghindari kendaraan yang melintasi jalan raya. Untunglah Pegasus didesain untuk mampu bermanuver dengan cepat dan mampu melintasi medan yang sulit. Akhirnya setelah sampai di jalur bebas hambatan Bhayangkara dengan leluasa untuk mengejar Kereta.

Turbo Booster diaktifkan untuk mempercepat laju Pegasus. Ketika posisinya cukup dekat dengan gerbong belakang Bhayangkara segera mengaktifkan system kemudi otomatis pada Pegasus dan Bhayangkara segera melompat masuk menuju kereta.  Disana Bhayangkara segera menghajar Beast yang menyandera penumpang. Kekuatan armor Mark III memang meningkat . Untuk melumpuhkan prajurit beast rendahan Bhayangkara hanya perlu melakukan sekali gerakan efektif.  Tak butuh waktu lama bagi Bhayangkara untuk mengamankan keadaan gerbong belakang. Saatnya untuk menuju gerbong berikutnya.

Ketika sampai di gerbong selanjutnya, Bhayangkara terkejut melihat kursi penumpang yang kosong. Tak tampak seorangpun dalam gerbong itu. Ketika Bhayangkara bergerak kedepan alangkah terkejutnya dirinya saat mengetahui beberapa prajurit beast tengah memotong besi penyambung gerbong.

Rupanya para beast itu berencana melepaskan gerbong yang di selamatkan oleh Bhayangkara. Dengan satu tebasan pedang akhirnya besi penghubung berhasil dihancurkan kereta melaju meninggalkan gerbong belakang. Tak kurang akal Bhayangkara melepaskan tembakan tali kearah kereta di depannya. Dengan tali itu dia berhasil melompat ke atas gerbong kereta.

Azul geram menyaksikan hal itu, diapun segera bergegas naik kea tap kereta.

“Lagi lagi Manusia kaleng, Sekarang kau harus mati ditanganku!!!”

“Azul, kau rupanya. Aku sudah menunggu saat yang tepat untuk bertarung denganmu dan inilah saatnya”

Bhayangkara bersiap untuk melawan Azul. Pertarungan sengit terjadi diatas gerbong kereta.

“Akan kupatahkan tulangmu seperti sebelumnya” ancam azul sambil mencengkeram tubuh Bhayangkara.

“Tak akan semudah itu keparat” Bhayangkara melepaskan cengkeraman Azul dan menghantamkan tinju ke wajahnya. Azul pun membalas dengan tendangan berputar . Bhayangkara terhuyung mundur dan hampir terjatuh dari kereta. Dia berhasil meraih tangannya ke salah satu tiang gerbong.

“Mati kau manusia bodoh” Azul menginjak – injak tangan Bhayangkara agar dia terjatuh dan dilindas oleh kereta maut. Untuk melumpuhkan serangan Azul, Bhayangkara segera mengeluarkan senjata pistol Dual Gun dan menembakkannya ke tubuh Azul. Azul terjungkal namun dia masih bisa menjaga keseimbangan agar tetap berada di atas gerbong kereta.

Bhayangkara berhasil naik kembali ke atas gerbong, dia bergegas menghampiri Azul. Ketika jarak mereka kian dekat kereta tengah memasuki terowongan gelap. Agar tidak menghantam tembok terowongan Bhayangkara segera tiarap untuk berlindung. Sesudah melintasi terowongan Bhayangkara terkejut ketika melihat Azul sudah menghilang dari atap gerbong. Berdasarkan scan visornya Azul masuk kembali ke dalam gerbong dan memancingnya untuk bertarung di dalam. Raka mengejar Azul ke dalam gerbong kereta. Dengan memanfaatkan tubuh para penumpang Azul mendorong beberapa penumpang kereta kea rah Bhayangkara sementara dia terus berlari kea rah lokomotif.

Ternyata jarak kereta dengan stasiun sudah semakin dekat. Azul memerintahkan para beast untuk mempercepat laju kereta dan bersiap untuk menabrakkannya ke kereta lain yang sedang berhenti di stasiun. Tentunya tabrakan itu akan menciptakan ledakkan besar yang akan menewaskan banyak orang. Sungguh sebuah rencana yang biadab.

Bhyangkara terus mengejar Azul hingga menuju lokomotif utama. Mereka kembali terlibat pertarungan sengit. Untunglah disaat yang tak terduga Cakra datang untuk menolong Bhayangkara.


“Hey sobat, apakah kau ingin bertarung sendiri?” Tanya Cakra sambil menebaskan Lightning Sword kea rah prajurit Beast.

“Maafkan aku sobat, aku tak ingin mengganggu acara pertunanganmu” jawab Bhayangkara sambil menembakkan Dual gun kea rah beberapa Beast.

“tak perlu sungkan, Nouva telah mengizinkanku untuk membantumu”

Azul marah dengan kedatangan Cakra. Ini semakin mempersulit rencananya. Setelah mengalahkan prajurit Beast, Bhayangkara meminta Cakra untuk berbagi tugas. Cakra bertugas untuk menghentikan laju kereta dan Bhayangkara memancing Azul untuk keluar dari kereta. Ketika Bhayangkara berhasil membawa Azul melompat meninggalkan kereta, Cakra segera mengubah wujudnya menjadi Complete Form dan dengan kekuatannya yang luar biasa Cakra berhasil menghentikan laju kereta maut walaupun beberapa bagian gerbong sempat menabrak ujung lintasan. Para penumpang berhasil diselamatkan oleh Satria Cahaya.

Beralih ke pertarungan Azul dan Bhayangkara, kali ini waktu Azul semakin menipis rasa sakit dijantung akibat efek parasite cukup mengganggu konsentrasinya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Bhayangkara untuk menghajar Azul. Dia ingat gerakan silat yang dipelajari dari datuk Rajo Alam. Semuanya dapat dipraktekan dengan sempurna untuk mengalahkan Azul.

“Rasakan ini beast keparat” Bhayangkara melesatkan hantaman siku ke kepala Azul diikuti dengan jurus tendangan beruntun. “Jangan pernah meremehkan kemampuan manusia!!!”

Azul semakin tak berdaya tubuhnya terasa akan meledak. “Walau aku harus mati akan kubawa kau bersamaku di neraka”

Dengan energy yang tersisa Azul mencengkram tubuh Raka dan bersiap untuk meledakkan diri.

“Aku tak akan mati bersamamu bodoh!!”  Raka memotong kedua tangan Azul dengan gergaji mesin yang keluar dari bagian tangan armornya. Melihat kondisi semakin berbahaya Bhayangkara mengangkat tubuh Azul dengan tangannya dan melemparkannya ke udara.

Setelah itu, Bhayangkara mempersiapkan dual gun untuk serangan penghabisan.

“MAXIMUM BLASTER SHOOT!!!” Raka menembakan tembakan beruntun sebelum tubuh Azul menyentuh tanah dan akhirnya.

BLAAAAAMMMMM !!!!!


Ledakan hebat terjadi tatkala tubuh Azul hancur berkeping keping di udara. Akhirnya Bhayangkara berhasil mengalahkan Azul dengan tangannya sendiri. Cakra bergegas menghampiri Bhayangkara.

Armor Guard Bhayangkara Mark 3 yang telah digunakan oleh Raka
“Kau bertambah kuat sobat” Cakra melakukan toss kemenangan dengan Bhayangkara.
“Terima kasih kawan, Form barumu juga terlihat keren” Bhayangkara balik memuji Cakra.
Akhirnya dua pahlawan kembali dengan kekuatan baru.
To Be Continued…………………………