='body-fauxcolumns'>

Tuesday, 20 January 2015

Cakra Satria Cahaya - Episode 20

Oleh Andrie Firmansyah pada 19 Desember 2013 pukul 19:37

Budi berhasil diselamatkan oleh sosok berjubah putih yang tak lain adalah utusan Cahaya. Perlahan Budi membuka mata dan tersadar dari pingsannya.

“Dimana ini?” Budi melihat suasana di sekitarnya berwarna putih dengan cahaya yang menghangatkan tubuhnya. Dihadapannya Utusan Cahaya tengah berdiri sambil melakukan meditasi.

Utusan Cahaya, Master Arashi

“Hah, rupanya kau Utusan Cahaya?

“Betul, ini aku dan kau sekarang berada di Limbo”

“Limbo?”

“Limbo adalah alam yang menjadi batas antara dunia yang nyata dan tidak nyata” Kata utusan Cahaya sambil memejamkan mata.

Perlahan Utusan cahaya membuka matanya dan menghentikan meditasinya. Dia membuka kerudung yang menutupi wajahnya. Tampak sosok pria berusia awal lima puluh tahunan dan memiliki rambut berwarna perak. Sosok aura penuh wibawa terpancar dari tubuhnya.

“Aku sudah mengetahui semua yang terjadi padamu”

Budi tertunduk, wajahnya keliatan muram “Ya, kini ku tahu aku adalah Beast, Selama ini kau memberikanku kekuatan sebagai Satria Cahaya dan aku telah banyak mengalahkan Beast yang mengganggu ketentraman manusia”

“Apa maksud semua ini?” Budi memandang utusan cahaya dengan tatapan mata yang tajam.

“Semua sudah takdirmu” jawabnya singkat.

“Takdir katamu? Sungguh ini benar-benar konyol dan aku tak menerima semua ini” Budi memalingkan wajahnya dan berdiri membelakangi utusan cahaya.

“Ingat, kenapa Lightning Changer sudah berada denganmu saat kau masih bayi?”

“Karena alat itu adalah media yang kugunakan untuk menyegel sisi beast dalam dirimu. Ketika Lightning Changer dihancurkan oleh zarathos, amarah dalam tubuhmu mendorong perubahan itu”

“Kenapa, Kenapa kau tau semua tentang ini?”

“Karena aku adalah ayahmu”

“apa?” Budi terhenyak mendengar perkataan dari utusan cahaya.

“Ada cerita yang harus kau dengarkan nak” Utusan Cahaya menepuk bahu budi. Seketika pandangan di sekelilingnya berubah menjadi sosok alam yang terpancar indah. Penuh dengan bangunan bergaya unik dan pepohonan hijau di sekelilingnya.

 
Utusan Cahaya memulai ceritanya:

Yang dilihat Budi sekarang adalah sebuah kota yang berada di Vanadis. Vanadis sendiri adalah salah satu dari ribuan semesta yang ada di dunia pararel. Ribuan tahun lalu Vanadis hidup tenang dan damai. Kaum yang tinggal didalamnya dikenal sebagai kaum Vargan. Mereka berbeda dengan manusia biasa karena dapat mengubah wujudnya menjadi makhluk yang jauh lebih kuat. Dalam dunia manusia sosok itu dikenal sebagai Beast. Sebenarnya kaum vargan adalah sosok yang cinta damai namun semuanya berubah tatkala ambisi dari penguasa lalim bernama Zarathos. Dengan kekuasaannya Zarathos menginginkan untuk menguasai seluruh semesta yang ada. Hal ini memicu perang besar (Great War) antar berbagai ras di dunia pararel.

Dalam perang itu, Vanadis mengalami perubahan drastis. Tanah yang tadinya subur berubah menjadi tandus dan gersang. Yang menyedihkan, Kaum Vargan hamper musnah menjadi korban pembantaian Zarathos. Mereka terpecah menjadi dua kubu, yang satu ingin menghentikan ambisi Zarathos dan bergabung dengan ordo pejuang cahaya dan yang lainnya mereka yang loyal kepada Zarathos dikenal sebagai pengikut kegelapan.  Elder Argol menjadi pemimpin pejuang cahaya, untuk menambah kekuatan dalam menghadapi Zarathos, Argol menciptakan Lightning Changer yang mampu mengubahnya menjadi sosok Satria Cahaya CAKRA. Untuk menandingi kekuatan Argol, Zarathos juga menciptakan tiga mustika yang mampu mengubahnya menjadi satria kegelapan.

Setelah terjadi pertempuran yang cukup lama, akhirnya Zarathos berhasil dihancurkan oleh Argol. Walaupun secara fisik tubuhnya telah hancur tetapi jiwa Zarathos akan terus hidup dan mencari tubuh yang tepat guna mewujudkan kembali rencana jahatnya menguasai seluruh semesta. Untuk sementara Vanadis berada dalam kedamaian. Beberapa tahun kemudian Vanadis mulai dilanda kekacauan. Seorang loyalis Zarathos bernama Zarc berhasil menyusup kedalam dewan pemerintahan. Dia menghasut para dewan dan mengajukan rencana untuk menggulingkan kekuasaan Argol.

Argol yang saat itu sudah berusia senja mewariskan Lightning Changer kepada putranya satu-satunya, Arashi. Setelah menyalurkan semua energinya kepada Arashi, Argol akhirnya meninggal dunia. Sedangkan kondisi Vanadis semakin kacau Arashi datang untuk menghentikan Zarc. Pertarungan terjadi antara Zarc dan Arashi membawa kehancuran bagi Vanadis. Namun Zarc sudah menyiapkan rencana, dengan pilar kegelapan dia berhasil berpindah ke semesta lainnya dan itu adalah bumi. Suatu saat Zarc akan membangun Vanadis kembali dengan kekuatannya dan sekaligus membangkitkan raja Kegelapan dari tidur panjangnya.

Arashi berhasil mengejar Zarc sampai ke bumi, dalam pelarian itu Zarc menjatuhkan tiga mustika milik Zarathos sehingga tersebar di berbagai penjuru. Karena kondisi bumi yang berbeda dengan Vanadis Argol dan Zarc harus menyesuaikan diri. Zarc tetap hidup dan membaur dengan kehidupan manusia. Selain itu dia juga membawa Genome Cell (Intisari kelahiran Kaum Vargan pengikut Zarathos) dan membiakkannya menjadi sosok Beast. Salah satu yang terkuat adalah Azul dan Betrix dan yang lainnya menjadi Beast yang sering mengganggu kehidupan umat manusia.

Sedangkan Arashi yang menyadari bahwa dia tak bisa kembali ke Vanadis menyamar menjadi manusia biasa. Dia jatuh cinta kepada wanita bumi dan menikah. Dari hasil pernikahannya dia dikaruniai seorang bayi laki-laki. Kebahagiaan mereka tak berlangsung lama, Ketika Zarc berhasil menemukan keberadaan Arashi dia bermaksud untuk membunuhnya, tak hanya itu dia juga berencana melenyapkan nyawa istri Arashi dan bayi laki-lakinya. Arashi menahan serangan Zarc dan menyuruh istrinya untuk melarikan diri. Tak lupa dia membawakan Lightning Changer kepada sang bayi dengan harapan ketika dewasa nanti dia akan melanjutkan perjuangannya sebagai Cakra satria cahaya. Dalam pertarungan yang tak seimbang Zarc berhasil mengalahkan Arashi. Kemudian Zarc memburu istrinya, Merasa terdesak akhirnya istri Arashi meninggalkan bayinya di pintu sebuah panti asuhan. Tak lama kemudian istri Arashi berhasil ditemukan oleh Zarc dan dibunuhnya.

Jiwa Arashi akhirnya menjelma menjadi utusan Cahaya, sosok yang memimbing Budi untuk menguasai kekuatan Cakra. Karena Budi memiliki darah campuran antara ras Vargan dan manusia bumi tentunya sewaktu-waktu dia dapat berubah menjadi beast. Untuk menghindari hal itu dia harus menggunakan lightning Changer untuk menyegel sisi beast dalam dirinya.

……………………………………………..

Budi termenung setelah mendengarkan penjelasan dari utusan cahaya. Dia tak menyangka kekuatan yang dia dapat selama ini berasal dari semesta lain dan dia telah digariskan sebagai salah satu Ras vargan yang tersisa. Walaupun berdarah campuran Budi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dunia manusia dari kehancuran yang disebabkan oleh Zarathos. Semuanya dilakukan karena dia merasa dibesarkan oleh manusia bumi, dan mencintai segala sesuatu yang ada didalamnya.

"Baiklah ayah, sekarang apa yang harus kulakukan untuk menghentikan Zarathos. Aku sudah tak bisa berubah menjadi Cakra dan Lightning Changer sudah dihancurkan olehnya"

 

"Dengar nak, jika kau menganggap lightning Changer hanyalah sebuah benda yang mudah dihancurkan maka kau salah"

"Kau belum sepenuhnya percaya pada hatimu, jika kau sudah percaya dengan hati dan pikiranmu kau dapat memperoleh kekuatanmu kembali"

 "Percaya pada hatiku?" Budi mencoba memahami perkataan ayahnya.

"Sebagai seorang guru kau berhasil menanamkan motivasi yang baik bagi anak didikmu, tapi kau gagal ketika menerima kenyataan bahwa dirimu adalah seorang Vargan"

"Kau memilih untuk menjauh dari sahabatmu, kekasihmu. Padahal mereka sangat berharap kau untuk kembali"

 

"Dari doa dan harapan merekalah kau harus bangkit anakku"

"Bangkit dan raih kembali kekuatan itu bahkan kau bisa jadi lebih hebat dari sebelumnya. Dengan itu, kau bisa menghentikan kehancuran yang akan terjadi"
 

Budi terbakar semangatnya ketika mendengarkan penjelasan dari ayahnya. Dia bertekad akan memperoleh kekuatannya kembali.

Sebagai jalan untuk mengembalikan kekuatan Cakra, utusan Cahaya membawa Budi ke sebuah tempat bernama ruang ketahanan. Di tempat itu Budi akan menjalani latihan untuk menguji kekuatannya baik mental maupun fisik.

Disana dia juga belajar untuk mengendalikan wujud beastnya, menahan rasa amarah yang mampu membuatnya kehilangan kendali. Semua memang tak mudah, namun itu butuh proses.

Dalam ruang ketahanan budi harus menghadapi puluhan prajurit beast. Meski Budi sudah bisa mengontrol wujud beast tapi dia harus tetap fokus dalam menghadapi mereka.

Satu persatu prajurit berhasil dikalahkan oleh Budi, dan pada akhirnya prajurit terakhir hancur dengan serangan terkuatnya. Setelah semuanya selesai cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya dan mengembalikan lagi wujudnya menjadi manusia.

Energi Budi terasa semakin meningkat tatkala cahaya itu merasuk dalam tubuhnya. Perlahan sinar terang muncul dari pergelangan tangan kanan-nya. Semakin terang dan akhirnya berubah menjadi benda yang selama ini dia gunakan untuk berubah menjadi Satria Cahaya, Lightning changer telah kembali.
 

Wujud Tiger Beast yang perlahan berubah menjadi Budi Prawira dan kembali menjadi Cakra Satria Cahaya.
Wajah budi langsung ceria ketika memandang Lightning Changer yang terpasang di tangan kanannya.
"Bagus anakku kau telah dapatkan Lightning Changer-mu kembali" Suara utusan Cahaya terdengar menggema.
"Terima kasih ayah" Budi tersenyum sambil menatap ke langit.
"Latihanmu belum selesai nak, kau harus menghadapi lawan yang jauh lebih kuat"
Perlahan sinar gelap mengelilingi Budi dan sinar itu berubah menjai sosok beast yang pernah dikalahkannya. "Apa? mereka hidup lagi?" Budi tak percaya dengan yang dilihatnya. Tampak beast seperti Gilldos, Necrid, Arameth, Draculus bersiap untuk menyerang Budi.
"Percaya pada kekuatanmu nak, Kalahkan mereka" Suara utusan cahaya kembali terdengar.
Budi segera segera mengaktifkan Lightning Changer dan berubah menjadi CAKRA satria cahaya.
"LIGHTNING SWORD!!!" Cakra mengeluarkan senjata andalannya dan segera bertarung sengit dengan puluhan beast yang mengeroyoknya.
Uzza menjadi Beast pertama yang merasakan tebasan lightning Sword milik Cakra. Kemudian diikuti dengan Kreia, Vixor dan beberapa beast lainnya. Cakra bertarung dengan penuh percaya diri dalam benaknya terbayang wajah orang-orang yang dicintainya. Demi mereka Cakra akan menjadi kuat.
"LIGHTNING BLOW!!", Cakra menghempaskan tinjunya ke tanah dan perlahan muncul ledakan dari dalam tanah yang menghancurkan beberapa Beast sekaligus.
Walaupun banyak yang hancur, beberapa Beast yang tersisa tak menyurutkan langkahnya untuk menggempur Cakra.
Ketika mereka berlari menuju Cakra, dia telah bersiap dengan kuda-kuda untuk serangan penghabisan.
"LIGHTNING CRUSHER!!!!" Cakra mengeluarkan tendangan maut andalannya dan serangan itu meledakkan seluruh Beast yang ada.
"Kau semakin kuat anakku, sekarang aku akan memberikan Kristal Vargan kepadamu. Utusan Cahaya melepas kristal merah yang terpasang di jubahnya dan dengan kekuatannya utusan Cahaya memasukan kristal itu ke tubuh Cakra. Cakra merasa kesakitan tatkala kristal vargan mulai bersinergi dengan tubuhnya. Akhirnya tubuh Cakra kembali diselimuti cahaya keemasan yang membungkus tubuhnya dan ketika cahaya itu sirna Cakra mendapatkan wujud baru (COMPLETE FORM).
Wujud Armor Cakra Complete Form
 
Helmet Cakra kini dihiasi mahkota Vargan yang berwujud sayap keemasan dengan jade visor merah menyala. Bagian dadanya terpasang Kristal Vargan yang dilindungi oleh ornamen armor berwarna keemasan. Sungguh Cakra terlihat semakin perkasa dengan form barunya.
"Kristal vargan adalah lambang kejayaan bangsa kami, sekarang kau adalah putra satu-satunya dari ras vargan yang berhak mewarisi kristal itu. Untuk menguji kekuatan barumu kau harus mengalahkan Gigantor"
 
"Gigantor siapa dia?"
Utusan cahaya tak menjawab pertanyaan Cakra dan perlahan menghilang.
Tiba-tiba tanah yang dipijak Cakra bergetar hebat. Sosok tangan raksasa muncul dari dalam tanah dan diikuti oleh beberapa bagian tubuh lainnya.
"Jadi ini Gigantor"
Gigantor adalah makhluk raksasa yang harus dihadapi untuk menyempurnakan kekuatannya.
 
Cakra yang naik keatas tubuh Gigantor
Gigantor mengarahkan kakinya ke arah Cakra dan bersiap untuk menginjakknya. Dengan kecepatannya Cakra berhasil menghindar. Kali ini Gigantor menggunakan tangannya yang besar untuk menelan Cakra..
"LIGHTING SABER!!!" senjata baru milik Cakra yang merupakan hasil evolusi dari Lightning Sword. Bentuk pedangnya menjadi jauh lebih besar, uniknya pedang itu bisa berubah menjadi sembilan pedang yang berbeda.
Cakra yang berada dalam perut gigantor harus bertarung dengan makhluk-makhluk mengerikan yang berada di dalamnya. Lightning saber sangat membantunya dalam mengalahkan makhluk penghuni tubuh Gigantor. Cakra memecah Lightning Sword menjadi sembilan pedang dan dengan kekuatan telepatinya dia mengarahkan pedang-pedang itu untuk menebas penghalang yang ada.


Lightning Saber 9 Pedang Cahaya

Gigantor mengerang kesakitan karena isi perutnya dihancurkan oleh Cakra. Akhirnya setelah berhasil menemukan jalan keluar Cakra berhasil keluar dengan merobek perut Gigantor.

Raksasa itu roboh dan meraung sekerasnya. Cakra memanfaatkan kondisi itu untuk membawa sembilan pedang cahaya ke arah kepala Gigantor. Cakra berpijak pada bilah pedang untuk membantunya melompat tinggi dan akhirnya dia sampai tepat di kening Gigantor.

Cakra segera menyatukan sembilan pedang cahaya menjadi Lightning Saber dan menghujamkannya ke kening raksasa itu.

Gigantor menjerit kesakitan sebelum akhirnya roboh. Sedangkan Cakra berhasil melompat dengan selamat. Sungguh pertarungan yang menegangkan.

.............................................. 

Sekejab Cakra berpindah dari ruang ketahanan menuju Limbo. Disana utusan cahaya sudah menyambutnya. Cakra mengubah wujudnya kembali menjadi budi Prawira.

"Ayah sekarang aku mulai memahami perkataanmu"

"Kau berhasil menyelesaikan latihanmu, Ayah bangga kepadamu"

Secara perlahan tubuh utusan cahaya mulai menghilang.

"Ayah, ada apa ini?" Budi heran melihat kondisi itu.

"Tegarkanlah dirimu nak, tugas ayah telah berakhir. Kau sudah menjadi sosok satria yang sebenarnya"

"Ingat nak, jagalah kekuatan itu dan tetap percaya pada kekuatan cahaya" Utusan Cahaya menepuk bahu budi.

Menyadari bahwa ayahnya akan segera pergi untuk selama-lamanya Budi memeluk erat tubuh ayahnya dan meneteskan air matanya. Jauh di lubuk hatinya dia ingin menghabiskan waktu dengan ayah yang tak pernah dikenalnya sejak kecil.

"Ketika kau percaya, seseorang yang menjadi pelengkap hatimu akan membantu cahaya kembali bersinar mengalahkan kegelapan. Maka bersatulah, demi masa depan yang cerah" Itulah pesan terakhir utusan cahaya sebelum jiwanya terbang tinggi menuju nirwana.


Dengan kekuatan baru sang satria cahaya bersiap menghalau kegelapan.

https://www.facebook.com/notes/satria-wars-official-fanfic-group/cakra-satria-cahaya-episode-20/1417873385116376