='body-fauxcolumns'>

Thursday 15 January 2015

Cakra Satria Cahaya - Episode 17

Oleh Andrie Firmansyah pada 14 Desember 2013 pukul 23:43

EPISODE 17:

Zarc, Betrix dan Azul tengah berkonsentrasi penuh. Matanya terpejam dan mereka duduk bersila mengitari tabung pemulihan dimana tubuh Leo berada di dalamnya. Keringat mengucur dari kening mereka, tampak semua energy telah disalurkan untuk membangkitkan raja. Sementara ketiga ancient relic berada di depan mereka masing masing.

Beast Azul

Beast Betrix and Beast Zarc


3 Ancient Relix

Setelah cukup lama menyatukan tenaga tiba-tiba mata Leo terbuka. Ketiga Ancient Relic bergetar hebat dan berubah menjadi cahaya hitam. Dalam sekejab cahaya hitam itu masuk kedalam tabung penyembuhan dan merasuk ke dalam tubuh Leo. Leo menjerit sekeras-kerasnya. Proses penyatuan jiwa tengah berlangsung dan Leo merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Namun itu tak berlangsung lama. Ketika rasa sakit itu usai, Leo merasakan kekuatan besar terpancar dari tubuhnya.

PRAANGGG !!!, tabung pemulihan pecah dan Leo berhasil keluar. Bola mata kanannya berwarna merah menyala. Menyaksikan hal itu ketiga Beast tersebut segera menghentikan meditasinya dan memberi hormat kepada sang raja.

“Yang Mulia Zarathos, terimalah hormat kami” Zarc bersimpuh dihadapan sosok yang kini bernama Zarathos.

Dark King Zaratos
“Bangunlah Zarc, Aku percaya pada kesetiaanmu”
“Baik yang mulia” Zarc segera berdiri kembali diikuti Betrix dan Azul.
“Sudah lama sekali jiwaku terkurung dalam kegelapan, kini aku merasakan kekuatanku kembali. Sudah saatnya membangun dunia kita yang telah hancur”, Tubuh Zarathos diselimuti cahaya keunguhan dan perlahan cahaya itu berubah menjadi jubah kebesarannya.
“Betul yang mulia, tetapi di dunia ini kita memiliki penghalang yang selalu mengganggu rencana kita”
“Cakra?” Tanya Zarathos sambil melangkah mendekati singgasananya.
“Dia bukan masalah bagiku, akan kutunjukan kepada kalian kehancurannya” kata Zarathos sambil duduk di singgasana kegelapan.
……………………………….
 
Malam itu Budi Prawira mengalami mimpi buruk. Dalam mimpinya dia melihat teman-teman dan kekasihnya dibunuh oleh Beast berwujud harimau putih. Dengan cakarnya Beast itu mencabik cabik tubuh Raka, Tomi, Regina dan juga kekasihnya Nouva. Anehnya dalam mimpi itu Budi tidak bisa berbuat apa-apa. Mimpi buruk itu terus menghantui tidur Budi hampir setiap malam. Ini yang menyebabkan Budi merasa gelisah dan sering mengkhawatirkan teman-temannya.
 
Keesokan paginya di depan kelas Budi sempat bertemu dengan Tomi dan Regina.
“Selamat pagi pak guru” sapa mereka.
“Selamat Pagi” Balas Budi ramah, “Tunggu sebentar anak-anak?”
Budi ingin menceritakan mimpi yang dialaminya namun karena tak ingin Tomi dan regina khawatir Budi mengurungkan niatnya.
“Ada apa pak?” Regina penasaran.
“Eh tidak apa-apa, saya hanya ingin menyampaikan agar kalian rajin belajar. Semester akhir sudah dimulai dan sebentar lagi ujian nasional akan segera tiba. Bapak ingin kalian semua lulus dengan nilai yang baik” Budi mengalihkan pembicaraan dan mencari alas an yang tepat.
“ah, saya kira mau ngapain pak. Tenang aja kami pasti belajar dengan rajin kok” Kata Tomi sambil membetulkan tasnya.
“Ya sudah buruan masuk kelas, jam pelajaran segera dimulai”
“Baik Pak” Tomi dan Regina meninggalkan Budi dan memasuki ruang kelas IIIC.
Sepulang mengajar Budi mengajak Nouva untuk singgah di Cafetaria. Mereka memesan segelas Capuccino dan Lemon tea.
“Nouva ada yang ingin kusampaikan kepadamu”
“Ada apa sayang” Wajah Nouva terlihat manis tatkala dia menyuguhkan cappuccino kepada Budi.
Budi membelai rambut Nouva yang hitam berkilau.
“Sayang, hari hari ini aku selalu dihantui buruk”
“Mimpi apa itu?”
“Aku tak ingin menceritakannya secara detil, yang jelas dimimpiku terjadi sesuatu yang buruk kepadamu dan juga teman teman kita”
“Sudahlah sayang, mimpi itu hanya bunga tidur. Jangan kau anggap serius” Nouva balas membelai wajah Budi. Senyumannya yang menawan menentramkan batinnya.
“Dan jika memang itu benar terjadi aku percaya kau pasti datang melindungiku, karena kau adalah Cakra sang satria cahaya”
“Terima kasih kau percaya kepadaku, tapi ada baiknya kamu berhati-hati”, Budi mengecup kening Nouva dan melanjutkan menghabiskan minuman yang mereka pesan.
 
“CAKRA, waktumu akan segera tiba!!”
Tiba-tiba Budi mendengarkan suara misterius yang berbisik di telinganya.
“Ada apa ?” Nouva heran melihat Budi yang tiba-tiba bengong.
“Tidak, tidak apa-apa ayo kita segera pulang”
Budi bergegas mengantarkan Nouva pulang.
………………………………….
 
Malam itu, Mimpi yang sama kembali terulang. Namun kali ini ada sosok berjubah Hitam yang datang menghampiri Budi.
“Ingat Cakra waktumu akan segera tiba” kata sosok berjubah hitam itu. Suaranya terdengar persis seperti bisikan yang didengar Budi.
“Siapa kau sebenarnya? Apa Maumu?”
“Aku akan menunjukan pahitnya penderitaan orang-orang yang kau sayangi, lalu aku akan membunuhmu” Sorot cahaya merah terpancar dari bola mata si jubah hitam.
“Kurang ajar, tak akan kubiarkan” Budi segera berubah menjadi cakra dan mengarahkan tinjunya kepada sosok berjubah hitam.
Namun sosok itu lenyap dan terdengar tawanya yang mengerikan.
Tiba-tiba Budi kembali terbangun dari mimpinya. Keringat deras mengucur dari keningnya sungguh dia merasa bingung kenapa mimpi yang sama selalu terulang kepadanya.
……………………………………………
 
Hari Minggu Pagi:
Budi dan teman-teman berencana mengadakan acara bakti social. Kebetulan tempat yang akan dituju adalah Panti asuhan “Kasih Bunda”. Tempat dimana Budi kecil dirawat oleh Bu Amina. Karena lokasi yang dituju berada diluar kota Budi berangkat pagi hari. Dengan menggunakan mobil milik Raka Mereka membawa Sembako dan uang yang terkumpul dari penggalangan dana. Ada kesan mendalam bagi Budi di panti asuhan itu. Tempat dimana dia bermain bersama teman-temannya, menjalani hidup penuh kebersamaan dan bimbingan dari Bu Amina sehingga dia bisa menjadi seperti sekarang.
Ketika jam menunjukan pukul Sembilan pagi, Budi dan kawan-kawan sampai di panti asuhan. Kedatangan mereka disambut dengan sukacita oleh anak-anak penghuni panti termasuk Fatima pengurus panti asuhan yang baru.
“Kak Fatima, Apa kabar” Budi segera mencium tangan wanita bernama Fatima untuk memberi rasa hormatnya.
Siapakah wanita bernama Fatima ini, kenapa Budi begitu menghormatinya.
Ternyata di masa lalu Fatima adalah anak yatim piatu yang lebih dulu tinggal di Panti Asuhan. Sejak kecil dia telah menganggap Budi seperti adiknya sendiri. Mereka berdua sama-sama merasakan kasih sayang Bu Amina. Hingga usia Budi menginjak tujuhbelas tahun terjadi musibah kebakaran yang membakar seluruh Panti asuhan. Sebagai penghuni senior Budi dan Fatima berhasil menyelamatkan adik-adiknya dari api yang membakar. Namun Fatima memberitahu Budi, Ibu Amina tengah terjebak di kamarnya .
Budi bergegas menuju kamar Bu Amina dia nekat menerobos masuk kobaran api untuk menyelamatkan wanita yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya itu. Budi berhasil membawa Bu Amina keluar, tetapi karena terlalu banyak menghirup asap tubuh bu Amina lemas, ditambah lagi usianya yang sudah tua semakin memperparah kondisi fisiknya. Akhirnya beberapa saat setelah itu Bu Amina menghembuskan nafas terakhirnya. Budi merasa sedih kehilangan orang yang dicintainya, dia terus menyalahkan diri sendiri karena kegagalanya menyelamatkan Bu Amina.
Sebagai kakak Fatima membesarkan hati Budi, dia menjelaskan bahwa kematian itu merupakan takdir yang sudah ditetapkan Tuhan. Akhirnya, Fatima-lah yang menggantikan peran Bu Amina dalam mengurus Panti Asuhan. Sedangkan Budi setelah lulus SMA dia memperoleh beasiswa untuk meraih pendidikan di perguruan tinggi dan meninggalkan panti asuhan.
Sembari teman-temannya berkumpul bersama anak-anak yatim piatu untuk membagikan santunan. Budi diajak kak Fatima untuk berkeliling melihat kondisi panti asuhan. Suasananya sungguh jauh berbeda, Banyak bagian panti yang mengalami penyesuaian. Bahkan sekarang terlihat lebih besar, semua ini berkat sumbangan dari donator dan peran Fatima dalam mengelola keuangan panti asuhan. Dia selalu memegang teguh prinsip Bu Amina yang mengemban tugas dan santunan donator dengan transparan dan ikhlas. Ini yang membuat panti asuhan Kasih Bunda semakin berkembang.
Tak lupa Fatima mengajak Budi ziarah ke makam Bu Amina. Disana Budi menangis dan memeluk nisan bu Amina. Dia merasa kasih sayang yang diberikan tak tergantikan oleh apapun. Tak lupa Budi mengirimkan doa agar amal baik Bu Amina diterima disisi-Nya. Akhirnya setelah menyelesaikan acara bakti social Budi dan kawan-kawan bergegas kembali pulang. Tak lupa Fatima berpesan kepada Budi untuk segera menikahi Nouva bila dia sudah siap.
…………………………………………….
Ketika perjalanan pulang Mobil Raka dihentikan oleh sosok Beast yang tak lain adalah Azul. Ternyata sosok berjubah hitam yang muncul dalam mimpi Budi turut datang bersama Azul. Budi memandang sosok itu dengan tatapan tajam.
“Kau rupanya?” Budi bersiap mengaktifkan Lightning Changer di tangan kanannya.
Sosok berjubah itu ternyata adalah sang raja, Zarathos. Dia terlihat tenang dan kemudian tertawa lantang.
“Siapa dia sebenarnya?” Pertanyaan yang muncul di benak Budi.
To Be Continued……………………………