Oleh Andrie
Firmansyah pada 4 Desember 2013 pukul 20:29
To be Continued………………………………….
TOKO BUKU Di PUSAT KOTA:
Nouva tengah sibuk memilih buku
yang akan dia gunakan untuk referensi mengajar. Tanpa sengaja tubuhnya
menyenggol sosok tubuh tegap yang berdiri di sampingnya.
“Maaf, Saya tidak sengaja” kata
sosok itu sambil memungut beberapa buku yang terjatuh.
Ketika dia akan menyerahkan buku
itu kepada Nouva sontak pandangan matanya tertuju tajam tak berkedip. “Nouva ?”
Nouva segera menerima buku itu,
raut mukanya tampak menyiratkan ekspresi yang berbeda.
“Terima kasih, sersan Raka”, kata
Nouva dan dia hendak berjalan meninggalkan Raka.
Raka memegang tangan Nouva “Tunggu
Nouva, Aku ingin mengatakan sesuatu”
Nouva merasa tak nyaman dengan
sentuhan tangan Raka. Mengetahui hal itu Raka segera melepaskan tangannya.
“Maaf Nouva, Ku tahu kamu masih
menyimpan rasa marah terhadapku”
“Aku menyadari itu, tapi aku ingin
kau tau bahwa selama ini aku masih mengharapkanmu”
“Cukup Raka, sejak pertemuan
terakhir kita kau tau aku selalu menangis tiap malam. Aku masih berharap saat
itu kau akan hadir dalam hari-hariku tetapi……” Nouva menghentikan ucapannya,
tak terasa matanya mulai berkaca-kaca.
“Ya, aku mengaku salah namun semua
itu kulakukan agar bisa mewujudkan mimpiku”
“Benar Raka, setiap manusia pasti
memiliki mimpinya sendiri”
“Kau sudah meraih apa yang kau
inginkan, kariermu di kepolisian cukup cemerlang. Bahkan wajahmu sering
menghiasi televisi dalam kasus kasus besar”
“Seharusnya kau bisa mendapatkan
wanita yang lebih baik dibandingkan aku” Nouva menatap wajah Raka dengan
pandangan serius.
“Tidak Nouva, Selama ini aku tak
bisa melupakanmu dalam ingatanku” Raka berusaha meyakinkan.
“Jadi, beri aku kesempatan sekali
lagi” Raka berkata lirih.
“Maafkan aku Raka, Ada seseorang
yang telah mengisi hatiku” Nouva berjalan berlalu meninggalkan Raka.
Mendengar perkataan itu tubuh Raka
gemetar, betapa dia menyesal telah meninggalkan wanita yang dicintainya dahulu.
Namun saat dihadapkan dengan dua pilihan sulit Raka harus mengutamakan
tugasnya. Berat hati Raka menerima jawaban Nouva namun dia berusaha untuk tetap
tegar.
Ketika dia menatap di jendela toko,
tampak Nouva dijemput oleh seorang pria yang dikenalnya. Ya, sosok itu tak lain
adalah sahabatnya Budi Prawira. Hatinya semakin terkejut tatkala mengetahui
kenyataan itu. Sebagai sahabat, Budi jarang bercerita tentang
kedekatannya dengan Nouva. Sungguh hari ini adalah hari yang penuh kejutan tak
terduga baginya.
Tiba-tiba ponsel Raka berbunyi, dia
melihat dari layar ponsel Letnan Leo yang menghubunginya.
“Siap Letnan, Sersan Raka disini”
Raka menjawab panggilan.
“Cepat temui aku di ruang uji
senjata, aku ingin menunjukan sesuatu”
“Siap letnan, saya segera kesana”,
Raka menutup panggilan ponsel dan bergegas berangkat.
……………………
Diruang uji senjata Letnan Leo
tengah mencoba senjata baru, Senjata Type TX002 dengan modifikasi magasin dan
peluru Metallum. Dia menembakan peluru ke papan sasaran dengan sempurna. Dalam
3 kali tembakan yang berbeda 3 kali berhasil mendapatkan Head Shoot.
Keasyikannya dalam latihan menembak
membuatnya tak sadar Sersan Raka sudah hadir di belakangnya.
“Tembakan yang bagus letnan”, Raka
berbasa-basi kepada atasannya.
Letnan leo menoleh kea rah Raka sambil
menodongkan senjatanya.
“Dari mana saja kau?” Tanya Leo
Sersan Raka terkejud melihat
tingkah Leo, “Mencari udara segar”
Leo memutar pistol itu dan
memberikannya kepada Raka. “ini karya terbaru dari Dr. Imelda Senjata tipe
TX002 memiliki sensor gerak lebih ringan dan masa peluru lebih cepat, cobalah”
Raka menerima pistol itu dan
mengujinya di papan sasaran, anehnya kali ini dalam beberapa tembakan Raka
sering meleset.
“Hey, Ada apa denganmu Sersan?”
“Tak biasanya tembakannmu sekacau
ini” Leo tak puas dengan hasil tembakan Raka.
Raka tak menjawab apa-apa, dia tak
bisa menghilangkan bayangan Nouva di dalam perasaannya. Hatinya sungguh galau.
“Kau ada masalah?” Letnan Leo
memastikan
“Tidak letnan” Raka menutupi
kondisi hatinya.
“Bohong, Kulihat dimatamu ada
sesuatu yang mengganggu konsentrasi”
Tak disangka Letnan Leo jauh
mengetahui masalah Raka dari bahasa tubuhnya.
Raka segera bercerita tentang
masalah yang dihadapi, namun solusi yang diberikan sang Letnan sungguh gila.
“Jika kau masih mencintai wanita itu
kejar dan rebut dia kembali, Ingat dalam hidup kita jadi yang terkuat untuk
menang atau jadi pecundang untuk dihancurkan”
“Kesempatan tak akan datang dua
kali sersan”
Raka mencoba memahami penjelasan
letnan Leo dan dari pengeras suara terdengar panggilan dari Dr. Imelda. “Sersan
Raka & Letnan Leo, harap segera menuju ruang kontrol”.
Dr. Imelda memperkenalkan prototype
Bhayangkara MARK II kepada mereka berdua. Dalam Armor varian terbaru ini
memiliki bagian yang lebih ramping dan disertai persenjataan rahasia di
beberapa bagian. Dr. Imelda menginginkan agar armor ini digunakan oleh Raka
tapi sebelumnya dia menguji Raka dalam beberapa tes. Tes yang akan menguji
fisik maupun mental sang sersan.
Indikator Alarm berbunyi menandakan
adanya serangan Beast. Letnan Leo tengah bersiap untuk bertarung. Sersan Raka
ingin mendampinginya melawan Beast namun Leo melarangnya. Dia ingin Raka focus
kepada tes yang diberikan Dr. Imelda untuk uji coba MARK II.
………………………….
Di salah satu sudut Hutan kota
Beast bernama Mythras tengah menyerang beberapa warga. Semburan asam yang
keluar dari mulutnya mampu melelehkan besi. Mengetahui hal itu, Budi segera
mengaktifkan Lightning Changer dan berubah menjadi Cakra Satria Cahaya. Mereka
langsung terlibat pertarungan sengit. Tak lama mereka bertarung mobil patrol
polisi datang dan menabrak mereka. Cakra berhasil menghindar dan Mythras yang
tertabrak tersungkur jatuh setelah terpental beberapa langkah.
Cakra penasaran siapa sosok yang
telah menabraknya. Setelah berputar mobil itu berhenti diantara posisi Mythras
dan Cakra. Sosok dengan armor hitam keluar dari mobil, dialah Armored Guard:
Bhayangkara.
“Saatnya untuk mati makhluk
keparat!”, Bhayangkara berjalan menuju Mythras dan segera mengeluarkan senjata
andalannya “WEAPON SYSTEM: GUN MODE”
Bhayangkara menembakan senjatanya
kearah Mythras. Namun Mythras berhasil menahan tembakan dengan menyemburkan
asam beracun. Mythras menyeruduk Bhayangkara dengan tubuhnya. Bhayangkara
terhempas dan Mythras terus mengejarnya.
“WEAPON SYSTEM: SWORD MODE”,
Bhayangkara mengubah senjatanya menjadi pedang dan melesatkan beberapa tebasan
kea rah Mythras. Beast itu tampak kesakitan dan Bhayangkara tanpa ampun
menghajarnya dengan hujaman pukulan, tendangan dan tebasan senjata.
Cakra merasa takjub dengan
kemampuan bertarung sosok berarmor hitam itu, dalam hatinya dia merasa
penasaran. “Siapa dia?”
Sementara itu, Bhayangkara bersiap
menembakan BLASTER SHOOT kea rah Mythras. Semburan asam tak mampu menahan
gempuran peluru metallum dan akhirnya Mythras pun tewas.
Cakra berjalan mendekati
Bhayangkara, tetapi sambutan dari Bhayangkara sungguh tak terduga.
“DOR DOR DOR!!!!”, Bhayangkara
melepaskan tembakan kea rah Cakra.
Cakra terpental mundur. Armor
putihnya berhasil menyelamatkannya dari tembakan namun rasa sakitnya cukup
lumayan. Cakra berusaha berdiri tapi Bhayangkara sudah bersiap dengan tendangan
kaki kirinya. Cakra menangkis tendangan itu, “Siapa kau sebenarnya ?”
Bhayangkara kembali melepaskan
tembakan tanpa menjawab pertanyaan Cakra. Cakra menghindar dengan melompat ke
belakang.
“Cakra, kau dianggap penyelamat
umat manusia”
“Namun bagiku kau sama saja dengan
para Beast, Kau hanyalah pengacau yang harus disingkirkan” Bhayangkara menatap
Cakra dengan pandangan sinis.
Bhayangkara berlari kearah Cakra
dan menghujamkan pukulannya, Cakra menahan pukulan Bhayangkara dengan tangan
kanan dan membalasnya dengan tinju kea rah helmet.
“Tunggu, Aku tak seperti yang kau
kira”
“Tutup Mulutmu” Bhayangkara
menangkap tubuh Cakra dan membantingnya ke tanah.
“Aku tak peduli untuk siapa kau
berjuang, Aku hanya ingin membuktikan siapa yang terhebat diantara kita”
Bhayangkara kembali mengubah senjatanya menjadi pedang. Tebasan vertical
diarahkan ke dada Cakra, melihat kondisi semakin sulit Cakra juga mengeluarkan
senjata andalannya LIGHTNING SWORD.
“TRAAANG!!” Lightning Sword dan
Electric Saber saling beradu diiringi dengan percikan api. Tebasan maut saling
melesat satu sama lain. Pertempuran dua sosok berarmor itu terlihat seimbang.
Dalam pertarungan ini Cakra sempat mengeluarkan beberapa jurus andalan seperti
: Lightning Slash, Lightning Blow dan Lightning Flame dan Bhayangkara tak mau
kalah dia sempat menebaskan Electric Spin Slash, Thunderbolt beam, dan Blaster
Shoot. Merasa energinya mulai terkuras habis Cakra mengeluarkan Lightning Slash
untuk mengalihkan perhatian. Cakra berubah menjadi cahaya dan menghilang
meninggalkan Bhayangkara.
“Kemanapun kau pergi aku akan
memburumu Cakra”, Bhayangkara menyarungkan kembali senjatanya dan berjalan
kembali ke mobil.
To be Continued………………………………….