='body-fauxcolumns'>

Thursday, 15 January 2015

Cakra Satria Cahaya - Episode 10

EPISODE  X:

Oleh Andrie Firmansyah pada 4 Desember 2013 pukul 20:29

TOKO BUKU Di PUSAT KOTA:

Nouva tengah sibuk memilih buku yang akan dia gunakan untuk referensi mengajar. Tanpa sengaja tubuhnya menyenggol sosok tubuh tegap yang berdiri di sampingnya.

“Maaf, Saya tidak sengaja” kata sosok itu sambil memungut beberapa buku yang terjatuh.

Ketika dia akan menyerahkan buku itu kepada Nouva sontak pandangan matanya tertuju tajam tak berkedip. “Nouva ?”

Nouva segera menerima buku itu, raut mukanya tampak menyiratkan ekspresi yang berbeda.

“Terima kasih, sersan Raka”, kata Nouva dan dia hendak berjalan meninggalkan Raka.

Raka memegang tangan Nouva “Tunggu Nouva, Aku ingin mengatakan sesuatu”

Nouva merasa tak nyaman dengan sentuhan tangan Raka. Mengetahui hal itu Raka segera melepaskan tangannya.

“Maaf Nouva, Ku tahu kamu masih menyimpan rasa marah terhadapku”

“Aku menyadari itu, tapi aku ingin kau tau bahwa selama ini aku masih mengharapkanmu”

“Cukup Raka, sejak pertemuan terakhir kita kau tau aku selalu menangis tiap malam. Aku masih berharap saat itu kau akan hadir dalam hari-hariku tetapi……” Nouva menghentikan ucapannya, tak terasa matanya mulai berkaca-kaca.

“Ya, aku mengaku salah namun semua itu kulakukan agar bisa mewujudkan mimpiku”

“Benar Raka, setiap manusia pasti memiliki mimpinya sendiri”

“Kau sudah meraih apa yang kau inginkan, kariermu di kepolisian cukup cemerlang. Bahkan wajahmu sering menghiasi televisi dalam kasus kasus besar”

“Seharusnya kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dibandingkan aku” Nouva menatap wajah Raka dengan pandangan serius.

“Tidak Nouva, Selama ini aku tak bisa melupakanmu dalam ingatanku” Raka berusaha meyakinkan.

“Jadi, beri aku kesempatan sekali lagi” Raka berkata lirih.

“Maafkan aku Raka, Ada seseorang yang telah mengisi hatiku” Nouva berjalan berlalu meninggalkan Raka.

Mendengar perkataan itu tubuh Raka gemetar, betapa dia menyesal telah meninggalkan wanita yang dicintainya dahulu. Namun saat dihadapkan dengan dua pilihan sulit Raka harus mengutamakan tugasnya. Berat hati Raka menerima jawaban Nouva namun dia berusaha untuk tetap tegar.

Ketika dia menatap di jendela toko, tampak Nouva dijemput oleh seorang pria yang dikenalnya. Ya, sosok itu tak lain adalah sahabatnya Budi Prawira. Hatinya semakin terkejut tatkala mengetahui kenyataan itu.  Sebagai sahabat, Budi jarang bercerita tentang kedekatannya dengan Nouva. Sungguh hari ini adalah hari yang penuh kejutan tak terduga baginya.

Tiba-tiba ponsel Raka berbunyi, dia melihat dari layar ponsel Letnan Leo yang menghubunginya.

“Siap Letnan, Sersan Raka disini” Raka menjawab panggilan.

“Cepat temui aku di ruang uji senjata, aku ingin menunjukan sesuatu”

“Siap letnan, saya segera kesana”, Raka menutup panggilan ponsel dan bergegas berangkat.

……………………

 
Diruang uji senjata Letnan Leo tengah mencoba senjata baru, Senjata Type TX002 dengan modifikasi magasin dan peluru Metallum. Dia menembakan peluru ke papan sasaran dengan sempurna. Dalam 3 kali tembakan yang berbeda 3 kali berhasil mendapatkan Head Shoot.

Keasyikannya dalam latihan menembak membuatnya tak sadar Sersan Raka sudah hadir di belakangnya.

“Tembakan yang bagus letnan”, Raka berbasa-basi kepada atasannya.

Letnan leo menoleh kea rah Raka sambil menodongkan senjatanya.

“Dari mana saja kau?” Tanya Leo

Sersan Raka terkejud melihat tingkah Leo, “Mencari udara segar”

Leo memutar pistol itu dan memberikannya kepada Raka. “ini karya terbaru dari Dr. Imelda Senjata tipe TX002 memiliki sensor gerak lebih ringan dan masa peluru lebih cepat, cobalah”

Raka menerima pistol itu dan mengujinya di papan sasaran, anehnya kali ini dalam beberapa tembakan Raka sering meleset.

“Hey, Ada apa denganmu Sersan?”

“Tak biasanya tembakannmu sekacau ini” Leo tak puas dengan hasil tembakan Raka.

Raka tak menjawab apa-apa, dia tak bisa menghilangkan bayangan Nouva di dalam perasaannya. Hatinya sungguh galau.

“Kau ada masalah?” Letnan Leo memastikan

“Tidak letnan” Raka menutupi kondisi hatinya.

“Bohong, Kulihat dimatamu ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi”

Tak disangka Letnan Leo jauh mengetahui masalah Raka dari bahasa tubuhnya.

Raka segera bercerita tentang masalah yang dihadapi, namun solusi yang diberikan sang Letnan sungguh gila.

“Jika kau masih mencintai wanita itu kejar dan rebut dia kembali, Ingat dalam hidup kita jadi yang terkuat untuk menang atau jadi pecundang untuk dihancurkan”

“Kesempatan tak akan datang dua kali sersan”

Raka mencoba memahami penjelasan letnan Leo dan dari pengeras suara terdengar panggilan dari Dr. Imelda. “Sersan Raka & Letnan Leo, harap segera menuju ruang kontrol”.

Dr. Imelda memperkenalkan prototype Bhayangkara MARK II kepada mereka berdua. Dalam Armor varian terbaru ini memiliki bagian yang lebih ramping dan disertai persenjataan rahasia di beberapa bagian. Dr. Imelda menginginkan agar armor ini digunakan oleh Raka tapi sebelumnya dia menguji Raka dalam beberapa tes. Tes yang akan menguji fisik maupun mental sang sersan.

Indikator Alarm berbunyi menandakan adanya serangan Beast. Letnan Leo tengah bersiap untuk bertarung. Sersan Raka ingin mendampinginya melawan Beast namun Leo melarangnya. Dia ingin Raka focus kepada tes yang diberikan Dr. Imelda untuk uji coba MARK II.

………………………….

 

Di salah satu sudut Hutan kota Beast bernama Mythras tengah menyerang beberapa warga. Semburan asam yang keluar dari mulutnya mampu melelehkan besi. Mengetahui hal itu, Budi segera mengaktifkan Lightning Changer dan berubah menjadi Cakra Satria Cahaya. Mereka langsung terlibat pertarungan sengit. Tak lama mereka bertarung mobil patrol polisi datang dan menabrak mereka. Cakra berhasil menghindar dan Mythras yang tertabrak tersungkur jatuh setelah terpental beberapa langkah.

Cakra penasaran siapa sosok yang telah menabraknya. Setelah berputar mobil itu berhenti diantara posisi Mythras dan Cakra. Sosok dengan armor hitam keluar dari mobil, dialah Armored Guard: Bhayangkara.

“Saatnya untuk mati makhluk keparat!”, Bhayangkara berjalan menuju Mythras dan segera mengeluarkan senjata andalannya “WEAPON SYSTEM: GUN MODE”

Bhayangkara menembakan senjatanya kearah Mythras. Namun Mythras berhasil menahan tembakan dengan menyemburkan asam beracun. Mythras menyeruduk Bhayangkara dengan tubuhnya. Bhayangkara terhempas dan Mythras terus mengejarnya.

“WEAPON SYSTEM: SWORD MODE”, Bhayangkara mengubah senjatanya menjadi pedang dan melesatkan beberapa tebasan kea rah Mythras. Beast itu tampak kesakitan dan Bhayangkara tanpa ampun menghajarnya dengan hujaman pukulan, tendangan dan tebasan senjata.

Cakra merasa takjub dengan kemampuan bertarung sosok berarmor hitam itu, dalam hatinya dia merasa penasaran. “Siapa dia?”

Sementara itu, Bhayangkara bersiap menembakan BLASTER SHOOT kea rah Mythras. Semburan asam tak mampu menahan gempuran peluru metallum dan akhirnya Mythras pun tewas.

Cakra berjalan mendekati Bhayangkara, tetapi sambutan dari Bhayangkara sungguh tak terduga.

“DOR DOR DOR!!!!”, Bhayangkara melepaskan tembakan kea rah Cakra.

Cakra terpental mundur. Armor putihnya berhasil menyelamatkannya dari tembakan namun rasa sakitnya cukup lumayan. Cakra berusaha berdiri tapi Bhayangkara sudah bersiap dengan tendangan kaki kirinya. Cakra menangkis tendangan itu, “Siapa kau sebenarnya ?”

Bhayangkara kembali melepaskan tembakan tanpa menjawab pertanyaan Cakra. Cakra menghindar dengan melompat ke belakang.

“Cakra, kau dianggap penyelamat umat manusia”

“Namun bagiku kau sama saja dengan para Beast, Kau hanyalah pengacau yang harus disingkirkan” Bhayangkara menatap Cakra dengan pandangan sinis.

Bhayangkara berlari kearah Cakra dan menghujamkan pukulannya, Cakra menahan pukulan Bhayangkara dengan tangan kanan dan membalasnya dengan tinju kea rah helmet.

“Tunggu, Aku tak seperti yang kau kira”

“Tutup Mulutmu” Bhayangkara menangkap tubuh Cakra dan membantingnya ke tanah.

“Aku tak peduli untuk siapa kau berjuang, Aku hanya ingin membuktikan siapa yang terhebat diantara kita” Bhayangkara kembali mengubah senjatanya menjadi pedang.  Tebasan vertical diarahkan ke dada Cakra, melihat kondisi semakin sulit Cakra juga mengeluarkan senjata andalannya LIGHTNING SWORD.



“TRAAANG!!” Lightning Sword dan Electric Saber saling beradu diiringi dengan percikan api. Tebasan maut saling melesat satu sama lain. Pertempuran dua sosok berarmor itu terlihat seimbang. Dalam pertarungan ini Cakra sempat mengeluarkan beberapa jurus andalan seperti : Lightning Slash, Lightning Blow dan Lightning Flame dan Bhayangkara tak mau kalah dia sempat menebaskan Electric Spin Slash, Thunderbolt beam, dan Blaster Shoot. Merasa energinya mulai terkuras habis Cakra mengeluarkan Lightning Slash untuk mengalihkan perhatian. Cakra berubah menjadi cahaya dan menghilang meninggalkan Bhayangkara.

“Kemanapun kau pergi aku akan memburumu Cakra”, Bhayangkara menyarungkan kembali senjatanya dan berjalan kembali ke mobil.

 
 
To be Continued………………………………….