Masih
ingatkah anda dengan Ksatria Baja Hitam ? Saya ucapkan selamat buat anda yang
masih ingat dengan sosok jagoan yang satu ini, sebab anda yang masih ingat
dapat dibilang masa kecilnya bahagia. Saya kepikiran buat nulis artikel soal
kamen rider (satria baja hitam dalam versi Indonesia) gara-gara teringat memori
masa kecil dulu. Dulu saya rela numpang ke tempat tetangga cuman buat nonton
filmnya :-).
Kali ini
saya gak bakal ngomongin soal ceritanya si satria baja hitam ini. Namun, saya
bakal cerita soal sisi lain dari satria baja hitam. Kebetulan saya lagi berada
di Jepang dan sempat ngobrol sama temen orang jepang asli tentang sosok jagoan
yang satu ini. Sebenarnya obrolan diawali ketidaksengajaan, eh ternyata saya
dan teman kampus saya di jepang nyambung banget buat ngobrolin cerita masa
kecil soal kamen rider ini. Hmm tanpa panjang lebar lets start the story
. . . .
Kamen Rider
and the Gank
Pertama saya
bakal bahas soal latar belakang kenapa kok sampe film kamen rider dibikin
oleh orang Jepang. Jadi jepang di era tahun 80-an legi kenceng-kencengya tuh
perkembangan teknologi melalui riset-riset yang dilakukan. Bisa di bilang pada
era itu Jepang leading soal teknologi di kawasan asia. Terbukti pada dekade
tersebut mulai bermunculan orang-orang Jepang yang dapet hadiah nobel. Di sisi
lain budayawan Jepang merasa penting untuk melakukan “ideologisasi” terhadap
generasi muda buat mendukung perkembangan teknologi yang sedang dijalani oleh
bangsanya. Dan sebagai salah satu upayanya adalah “ideologisasi” lewat acara TV
sebagai tontonan anak-anak. Sebagai produk awal atas misi ideologiasisinya
lahirlah film ultramen,^ loh kok ultramen sih? Katanya mau cerita kamen rider?
. Hmm, ntar dulu sob, jadi begini. Ultramen memang produk awalnya, tetapi
karena ultramen dipandang ada sisi negatifnya seperti menimbulkan kehancuran
kota yang kurang tepat buat anak-anak akhirnya lahirlah jagoan baru yang
namanya kamen rider. Nah melaui kamen rider inilah dihadirkan imaginasi soal
teknologi-teknologi keren yang secara tidak langsung mengideologisasi anak muda
Jepang. Bukan cuman itu, film semacam ini juga menjadi media efektif buat
nyebarin sedikit budaya Jepang ke manca negara. Saya pribadi sih gara-gara
sering nonton film Jepang sering banget ngelihat tulisan つづく (dibaca suzuku) di akhr film. Dan setelah belajar bahasa Jepang baru tau
kalo itu artinya to be continue he he he . . . .
Kembali lagi
soal kamen rider sodara-sodara. Tokoh pemeran utama si kamen rider (nama di
film Kotaro Minami) nama sebenarnya adalah Tetsuo Kurata (倉田 てつを). Ceritanya si aktor pemeran kamen rider ini baru aja
lulus SMA, tapi dia gagal lulus ujian masuk universitas di Jepang (di Indonesia
mungkin bisa disamakan gak lulus SNMPTN). Atas saran dari rekanya akhirnya si
Tetsuo Kurata ikut audisi buat jadi aktor Kamen Rider. Motivasi awalnya ikut
audisi adalah karena hadiah 1 juta yen buat yang berhasil jadi aktor utama. Dan
akhirnya si Tetsuo ini berhasil terpilih melalui serangkaian proses audisi
(kayak Indonesian Idol aja yak). Episode pertama kamen rider saat si kamen
rider dikejar-kejar gorgom. Syuting pertama dilakukan di daerah jalanan
Shinjuku, area Tokyo.
Jalanan di
Shinjuku Saat ini
Ternyata
kamen rider akhrirnya jadi terkenal ke seantero Jepang hingga di eksport ke
negara kita tercinta Indonesia. Berkat peranya sebagai Kotaro minami inilah
yang bikin Tetsuo Kurata terkenal meskipun tidak lama. Saat ini usia
Tetsuo berkisar kepala empat (40 tahunan). Menurut penuturan rekan saya yang
pernah ketemu langsung dengan Tetsuo, sampai saat ini Tetsuo masih sangat
menjaga imagenya sebagai sosok pemeran kamen rider. Bagi Tetsuo jika dia tidak
menjaga sikap dan imagenya sama artinya dengan menghancurkan mimpi
anak-anak.
Kamen rider
sampai saat ini masih eksis di memori kita, bahkan kamen ridernya sendiri sampai
beranak-pinak lebih dari 7 turunan dengan berbagai varian nama. Mulai dari
kamen rider, kamen rider black, kamen rider kuuga, kamen rider agito dll. yang
kalo diakumpulkan mungkin sudah jadi satu RT. Itulah sedikit cerita saya
tentang kamen rider.